Kamis, 05 Januari 2012

Osteosarkoma

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas.Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang.Tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut.( Price, 1962:1213 )Menurut badan kesehatan dunia ( World Health Oganization ) setiap tahun jumlah penderita kanker ± 6.25 juta orang.
Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker diantara 100.000 penduduk per tahun.Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa terdapat sekitar 11.000 anak yang menderita kanker per tahun. Di Jakarta dan sekitarnya dengan jumlah penduduk 12 juta jiwa, diperkirakan terdapat 650 anak yang menderita kanker per tahun.
Menurut Errol Untung Hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah Orthopedy Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat 455 kasus tumor tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas. Dari jumlah seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut.
Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia 15 – 25 tahun pada usia pertumbuhan. ( Smeltzer. 2001: 2347 ).
Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki sama dengan anak perempuan. Tetapi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak di temukan pada anak laki-laki.Sampai sekarang penyebab pasti belum diketahui.






                                                                                
1.2    Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian osteosarkoma ?
2.      Apa saja klasifikasi osteosarkoma ?
3.      Bagaimana etiologi osteosarkoma ?
4.      Bagaimana manifestasi klinik dari osteosarkoma ?
5.      Bagaimana komplikasi dari osteosarkoma ?
6.      Bagaimana patofisiologi osteosarkoma ?
7.      Bagaimana pathway osteosarkoma ?
8.      Bagaimana cara penatalaksanaan osteosarkoma ?
9.      Bagaimana cara pencegahan osteosarkoma ?
10.  Bagaimana cara mendiagnosa osteosarkoma ?
11.  Bagaimana memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan osteosarkoma ?

1.3    Tujuan
1.      Mengerti tentang pengertian osteosarkoma
2.      Mengetahui klasifikasi osteosarkoma
3.      Mampu mengetahui tentang etiologi osteosarkoma
4.      Mampu mengetahui manifestasi klinik osteosarkoma
5.      Mampu mengetahui komplikasi dari osteosarkoma
6.      Mampu mengetahui patofisiologi osteosarkoma
7.      Mampu mengetahui tentang pathway osteosarkoma
8.      Mampu melalukan cara penatalaksanaan asteosarkoma
9.      Mampu mengetahui cara pencegahan osteosarkoma
10.  Mampu mengetahui cara mendiagnosa osteosarkoma
11.  Mampu memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan ostesarkoma
BAB II
PEMBAHASAN

2.1     Pengertian
Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung (Danielle. 1999: 244 ). Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik yang menginvasi jaringan dan cenderung bermetastase sampai ke sisi yang jauh dalam tubuh.( Wong. 2003: 595 )
 







                                                                                             
(Gambar 2.1 Osteosarkoma pada tulang femur)
                                                                           
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) adalah tumor yang muncul dari mesenkim pembentuk tulang. ( Wong. 2003: 616 )
Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut.( Price. 1998: 1213 )Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) merupakan tulang primer maligna yang paling sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru. Tumor ini menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien pertama kali berobat. (Smeltzer. 2001: 2347)
Tempat-tempat yang paling sering terkena adalah femur distal, tibia proksimal dan humerus proksimal.Tempat yang paling jarang adalah pelvis, kolumna, vertebra, mandibula, klavikula, skapula, atau tulang-tulang pada tangan dan kaki.Lebih dari 50% kasus terjadi pada daerah lutut. ( Otto.2003 : 72 )


2.2 KLasifikasi Tulang menurut WHO
Klasifikasi menurut WHO ditetapkan berdasarkan atas criteria histologist, jenis diferensiasi sel-sel tumor yang diperhatikan dan jenis inter seluler matriks yang di produksi. Dalam hal ini dipertimbangkan sifat-sifat tumor, asal usul sel serta pemeriksaan histologist menetapkan jenis tumor bersifat jinak atau ganas.
Sel-sel dari musculoskeletal berasal dari mesoderm tapi kemudian berdiferensiasi menjadi beberapa sel osteoklas, kondroblas, fibroblas, mieloblas. Oleh karena itu sebaiknya klasifikasi tumor tulang berdasarkan atas asal sel, yaitu bersifat osteogenik, kondrogenik atau mielogonik.Meskipun demikian terdapat kelompok yang tidak termasuk dalam kelompok tumor yaitu kelainan reaktif (reactive bone) atau hamartoma yang sebenarnya berpotensi menjadi ganas. Beberapa hal yang penting yang sehubungan dengan penetapan klasifikasi yaitu :
1.    Jaringan yang mudah menyebar tidak selalu harus merupakan jaringan asal.
2.    Tidak ada hubungan patologis atau klinis dalam kategori khusus.
3.    Sering tidak ada hubungan antara kelainan jinak dan ganas dengan unsure-unsur jaringannya. Misalnya osteoma dan osteosarkoma.
Beberapa tumor hanya disebut dalam suatu kelompok yang sederhana, misalnya osteosarkoma
Tabel 2.1      Klasifikasi tumor tulang berdasarkan criteria histologik  tumor tulang (WHO tahun72)
Asal sel
Jinak
Ganas
Osteogenik
Osteoma
Osteosarkoma

Osteoid Osteoma
Parosteal Osteosarkoma
Osteoblastoma
Osteoblastoma

Kondrogenik
Kondroma
Kondrosarkoma

Osteokondroma
Kondrosarkoma Juksta Kortikal
Fibroma Kondromiksoid
Kondroblastoma


Fibroma Kondromiksoid

Giant Cell Tumor

Osteoklastoma
Mielojenik

Sarkom Ewing


Sarkoma Retikulum


Limfosarkoma


Mieloma
Vaskuler
Hemangioma
Angiosarkoma

Limfangioma

Intermediate :
Tumor Glomus

Hemangio-Endotelioma


Hemangio-Perisitoma


Jaringan Lunak
Fibroma Desmo Plastik
Fibrosarkoma

Lipoma
Liposarkoma


Mesenkimoma Ganas


Sarkoma tak berdeferesiansi
Tumor lain
Neurinoma
Kondroma

Neurofibroma
Adamantinoma
Tumor tanpa klasifikasi
Kista Soliter


Kista Aneurisma


Kista Juksta-Artikuler


Defek Metafisis


Granuloma Eosinofil


Displasia Fibrosa


Miositis Osifikans


Tumor Brown


Hiperparatiroidisme


2.3     Etiologi
1.      Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
2.      Keturunan
3.      Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat pajanan radiasi ). ( Smeltzer. 2001: 2347 )


2.4     Manifestasi klinik
Menurut Gale. 1999: 245 terdapat 3 macam manifestasi klinik :
·         Nyeri atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas penyakit)
·         Fraktur patologik (pada osteoporosis)
·         Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas.

Sedangkan menurut Smeltzer. 2001: 2347 ada 2 macam manifestasi klinik :
·         Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena.
·         Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan menurun dan malaise.

2.5     Komplikasi
Komplikasi tergantung pada metastase penyakit terhadap organ-organ tubuh yang lain, seperti : paru, ginjal, jantung, saraf, dan lain-lain.

2.6     Patofisiologi
          Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal.. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif. (sumber : Price.1998: 1213)
2.8     Penatalaksanaan
A.    Penatalaksanaan medis
   Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat didiagnosis.Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor, pencegahan amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit.Penatalaksanaan meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi kombinasi.
   Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau radiasi dan kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin (doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi (MTX) dengan leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara tersendiri atau dalam kombinasi.
   Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian cairan normal intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat, mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid.( Gale. 1999: 245 ).

B.     Tindakan keperawatan
1.  Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi) dan farmakologi ( pemberian analgetika ).
2.   Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.
3.   Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat.Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal.Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.


4.   Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah.
( Smeltzer. 2001: 2350 )

2.9       Pencegahan
1.      Menghindari makanan-makanan yang mengandung zat karsinogenik, seperi pewarna makanan, penyedap rasa, pemanis buatan, dan lain-lain
2.      Memperbanyak konsumsi makanan-makanan yang mengandung antioksidan, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran.
3.      Menjaga kondisi fisik tetap optimal dengan cara olah raga teratur dan olah raga yang cukup.

2.10     Cara menegakkan diagnostic menurut Rasjad. 2003 bisa dilakukan dengan pemeriksaan sebagai berikut :
a)      CT Scan
b)      Mielogram
c)      Asteriografi
d)     MRI
e)      Biopsi,
f)       Pemeriksaan biokimia darah dan urine
g)      Pemeriksaan foto toraks dilakukan sebagai prosedur rutin serta untuk follow-up adanya metastasis pada paru-paru.

2.11     Asuhan Keperawatan Anak Dengan Osteosarkoma
1.    Pengkajian
a.    Anamnesa
Dapatkan riwayat kesehatan, proses penyakit, bagaimana keluarga dan pasien mengatasi masalahnya dan bagaimana pasien mengatasi nyeri yang dideritanya. Berikan perhatian khusus pada keluhan misalnya : keletihan, nyeri pada ekstremitas, berkeringat pada malam hari, kurang nafsu makan, sakit kepala, dan malaise.

b.    Pemeriksaan fisik
Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena
1.      Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas
2.      Nyeri tekan / nyeri lokal pada sisi yang sakit
a)      Mungkin hebat atau dangkal
b)      sering hilang dengan posisi flexi
c)      nak berjalan pincang, keterbatasan dalam melakukan aktifitas, tidak mampu menahan objek berat
3.    Kaji status fungsional pada area yang sakit, tanda-tanda inflamasi, nodus limfe regional
2.    Diagnosis Keperawatan
a.       Nyeri yang berhubungan dengan proses patologik.
b.      Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak tahuan, persepsi tentang proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat.
c.       Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan kanker.
d.      Gangguan harga diri karena hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja peran.
e.       Berduka berhubungan dengan kemungkinan kehilangan alat gerak.
3.      Intervensi Keperawatan
Tabel 2.2 Rencana keperawatan ( Doenges. 1999: 1000 )
No.
Dx. Keperawatan
Tujuan & KH
Intervensi
Rasional
1.
Nyeri berhubungan dengan proses patologik
Tujuan:
Klien mengalami pengurangan nyeri
KH :
1.    Mengikuti aturan farmakologi yang ditentukan
2.    Mendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan sesuai indikasi situasi individu.

1.    Kaji status nyeri (lokasi, frekuensi, durasi, dan intensitas nyeri)
2.    Berikan lingkungan yang nyaman, dan aktivitas hiburan (misalnya : musik, televisi)
3.    Ajarkan teknik manajemen nyeri seperti teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi.
4.    Kolaborasi : Berikan analgesik sesuai kebutuhan untuk nyeri.
1.    Memberikan data dasar untuk menentukan dan mengevaluasi intervensi yang diberikan.
2.    Meningkatkan relaksasi kline.
3.    Meningkatkan relaksasi yang dapat menurunkan rasa nyeri klien.
4.    Mengurangi nyeri dan spasme otot
2.
Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak tahuan, persepsi tentang proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat

Tujuan:
Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan partisipasi aktif dalam aturan pengobatan
KH :
1.    Pasien tampak rileks
2.    Melaporkan berkurangnya ansietas
3.    Mengungkapkan perasaan mengenai perubahan yang terjadi pada diri klien

1.    Motivasi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan.
2.    Berikan lingkungan yang nyaman dimana pasien dan keluarga merasa aman untuk mendiskusikan perasaan atau menolak untuk berbicara.
3.    Pertahankan kontak sering dengan pasien dan bicara dengan menyentuh pasien.
4.    Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis.

1.    Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa takut serta kesalahan konsep tentang diagnosis.
2.    Membina hubungan saling percaya dan membantu pasien untuk merasa diterima dengan kondisi apa adanya
3.    Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri atau ditolak.
4.    Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan atau pilihan sesuai realita.
3.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan kanker
Tujuan :
Mengalami peningkatan asupan nutrisi yang adekuat
KH :
1.    Penambahan berat badan
2.    Bebas tanda malnutrisi
3.    Nilai albumin dalam batas normal ( 3,5 – 5,5 g% )

1.    Catat asupan makanan setiap hari
2.    Ukur tinggi, berat badan, ketebalan kulit trisep setiap hari.
3.    Berikan diet TKTP dan asupan cairan adekuat.
4.    Kolaborasi : Pantau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi.

1.    Mengidentifikasi kekuatan atau defisiensi nutrisi.
2.    Mengidentifikasi keadaan malnutrisi protein kalori khususnya bila berat badan dan pengukuran antropometrik kurang dari normal
3.    Memenuhi kebutuhan metabolik jaringan. Asupan cairan adekuat untuk menghilangkan produk sisa.
4.    Membantu mengidentifikasi derajat
4.
Gangguan harga diri karena hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja peran
Tujuan :
Mengungkapan perubahan pemahaman dalam gaya hidup tentang tubuh, perasaan tidak berdaya, putus asa dan tidak mampu.
KH :
1.    Mulai mengembangkan mekanisme koping untuk menghadapi masalah secara efektif.
1.    Diskusikan dengan orang terdekat pengaruh diagnosis dan pengobatan terhadap kehidupan pribadi pasien dan keluarga.
2.    Motivasi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan tentang efek kanker atau pengobatan
3.    Pertahankan kontak mata selama interaksi dengan pasien dan keluarga dan bicara dengan menyentuh pasien.
1.    Membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah
2.    Membantu dalam pemecahan masalah
3.    Menunjukkan rasa empati dan menjaga hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga

5.
Berduka berhubungan dengan kemungkinan kehilangan alat gerak

Tujuan :
Keluarga dan klien siap menghadapi kemungkinan kehilangan anggota gerak.
KH :
1.    Pasien menyesuaikan diri terhadap kehilangan anggota gerak
2.    Mengalami peninggkatan mobilitas
1.    Lakukan pendekatan langsung dengan klien
2.    Diskusikan kurangnya alternatif pengobatan
3.    Ajarkan penggunaan alat bantu seperti kursi roda atau kruk sesegera mungkin sesuai dengan kemampuan pasien.
4.    Motivasi dan libatkan pasien dalam aktifitas bermain
1.    Meningkatkan rasa percaya dengan klien
2.    Memberikan dukungan moril kepada klien untuk menerima pembedahan.
3.    Membantu dalam melakukan mobilitas dan meningkatkan kemandirian pasien.
4.    Secara tidak langgsung memberikan latihan mobilisasi

4.    Evaluasi
a.    Pasien mampu mengontrol nyeri
1)        Melakukan teknik manajemen nyeri,
2)        Patuh dalam pemakaian obat yang diresepkan.
3)        Tidak mengalami nyeri atau mengalami pengurangan nyeri saat istirahat, selama menjalankan aktifitas hidup sehari-hari
b.    Memperlihatkan pola penyelesaian masalah yang efektif.
1)        Mengemukakan perasaanya dengan kata-kata
2)        Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
3)        Keluarga mampu membuat keputusan tentang pengobatan pasien
c.    Masukan nutrisi yang adekuat
1)        Mengalami peningkatan berat badan
2)        Menghabiskan makanan satu porsi setiap makan
3)        Tidak ada tanda – tanda kekurangan nutrisi
d.   Memperlihatkan konsep diri yang positif
1)        Memperlihatkan kepercayaan diri pada kemampuan yang dimiliki pasien
e.    Memperlihatkan penerimaan perubahan citra diri.
f.     Klien dan keluarga siap untuk menghadapi kemungkinan amputasi.


BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung, Osteosarkoma (sarkoma osteogenik ) adalah tumor yang muncul dari mesenkim pembentuk tulang.
Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut.
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) merupakan tulang primer maligna yang paling sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru.Tumor ini menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien pertama kali berobat.
Tempat-tempat yang paling sering terkena adalah femur distal, tibia proksimal dan humerus proksimal.Tempat yang paling jarang adalah pelvis, kolumna, vertebra, mandibula, klavikula, skapula, atau tulang-tulang pada tangan dan kaki.Lebih dari 50% kasus terjadi pada daerah lutut.
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal.. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.

3.2    Saran
·         Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat mengetahui atau mengerti tentang rencana keperawatan pada pasien dengan osteosarkoma, pendokumentasian harus jelas dan dapat menjalin hubungan yang baik dengan klien dan keluarga.
·         Dalam rangka mengatasi masalah gangguan mobilisasi, untuk institusi RS supaya menyediakan sarana dan prasarana yang memudahkan klien yang mengalami gangguan mobilisasi.
·         Untuk keluarga diharapkan selalu membantu dan memotivasi klien dalam proses penyembuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Danielle. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 3. Jakarta: EGC
Dongoes, Marylin, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC
Galle. 1999. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta: EGC
Otto.2003. Sudiryosuwarno.blogspot.com/2010/03/askep-amputasi.Diakses pada 11 Mei 2011 : 16.30.
Price.1998. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Jakarta: EGC
Rasjad, Chairudin. (2003). Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Bintang Lamumpatue. Makasar.
Smeltzer Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan medical bedal, Jakarta: EGC
Wong, 2003. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC