Selasa, 15 Juni 2010

MRI (Magnetic Resonance Imaging)


MRI (Magnetic Resonance Imaging) ialah gambaran potongan cara singkat badan yang diambil dengan menggunakan daya magnet yang kuat mengelilingi anggota badan tersebut. Berbeda dengan "CT scan", MRI tidak memberikan rasa sakit akibat radiasi karena tidak digunakannya sinar-X dalam proses tersebut.

Magnetic Resonance Imaging (MRI) merupakan suatu teknik yang digunakan untuk menghasilkan gambar organ dalam pada organisme hidup dan juga untuk menemukan jumlah kandungan air dalam struktur geologi. Biasa digunakan untuk menggambarkan secara patologi atau perubahan fisiologi otot hidup dan juga memperkirakan ketelusan batu kepada hidrokarbon. Membayangkan kepentingan asas dan aplikasi MRI dalam bidang obat-obatan, Paul Lauterbur dan Sir Peter Mansfield dianugerahi Hadiah Nobel pada 2003 dalam Fisiologi atau Kedokteran untuk penemuan mereka atas MRI.

2.1.2 Tipe dan kekuatan magnet MRI (Magnetic Resonance Imaging)

MRI (Magnetic Resonance Imaging) bila ditinjau dari tipenya terdiri dari :

a. MRI yang memiliki kerangka terbuka (open gantry) dengan ruang yang luas dan,

b. MRI yang memiliki kerangka (gantry) biasa yang berlorong sempit.

MRI (Magnetic Resonance Imaging) bila ditinjau dari kekuatan magnetnya terdiri dari ;

a. MRI Tesla tinggi ( High Field Tesla ) memiliki kekuatan di atas 1 – 1,5 T ;

b. MRI Tesla sedang (Medium Field Tesla) memiliki kekuatan 0,5 – T ;

c. MRI Tesla rendah (Low Field Tesla) memiliki kekuatan di bawah 0,5 T.

Sebaiknya suatu rumah sakit memilih MRI yang memiliki tesla tinggi karena alat tersebut dapat digunakan untuk tehnik Fast Scan yaitu suatu tehnik yang memungkinkan 1 gambar irisan penampang dibuat dalam hitungan detik, sehingga kita dapat membuat banyak irisan penampang yang bervariasi dalam waktu yang sangat singkat. Dengan banyaknya variasi gambar membuat suatu lesi menjadi menjadi lebih spesifik.


Gambar 1.2 MRI Machine

2.1.3 Prinsip Dasar MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Struktur atom hidrogen dalam tubuh manusia saat diluar medan magnet mempunyai arah yang acak dan tidak membentuk keseimbangan. Kemudian saat diletakkan dalam alat MRI (gantry), maka atom H akan sejajar dengan arah medan magnet . Demikian juga arah spinning dan precessing akan sejajar dengan arah medan magnet. Saat diberikan frequensi radio , maka atom H akan mengabsorpsi energi dari frequensi radio tersebut. Akibatnya dengan bertambahnya energi, atom H akan mengalami pembelokan, sedangkan besarnya pembelokan arah, dipengaruhi oleh besar dan lamanya energi radio frequensi yang diberikan.

Sewaktu radio frequensi dihentikan maka atom H akan sejajar kembali dengan arah medan magnet . Pada saat kembali inilah, atom H akan memancarkan energi yang dimilikinya. Kemudian energi yang berupa sinyal tersebut dideteksi dengan detektor yang khusus dan diper-kuat. Selanjutnya komputer akan mengolah dan merekonstruksi citra berdasarkan sinyal yang diperoleh dari berbagai irisan.

2.1.4 Cara Kerja MRI (Magnetic Resonance Imaging)

  1. Pertama, putaran nukleus atom molekul otot diselarikan dengan menggunakan medan magnet yang berkekuatan tinggi.
  2. Kemudian, denyutan/pulsa frekuensi dikenakan pada tingkat menegak kepada garis medan magnet agar sebagian nuklei hidrogen bertukar arah.
  3. Selepas itu, frekuensi radio akan dimatikan menyebabkan nuklei berganti pada konfigurasi awal. Ketika ini terjadi, tenaga frekuensi radio dibebaskan yang dapat ditemukan oleh gegelung yang mengelilingi pasien.
  4. Sinyal ini dicatat dan data yang dihasilkan diproses oleh komputer untuk menghasilkan gambar otot.

Dengan ini, ciri-ciri anatomi yang jelas dapat dihasilkan. Pada pengobatan, MRI digunakan untuk membedakan otot patologi seperti tumur otak dibandingkan otot normal.

Teknik ini bergantung kepada ciri tenang nuklei hidrogen yang dirangsang menggunakan magnet dalam air. Bahan contoh ditunjukkan seketika pada tenaga radio frekuensi, yang dengan kehadiran medan megnet, membuatkan nuklei dalam keadaan bertenaga tinggi. Ketika molekul kembali menurun kepada normal, tenaga akan dibebaskan ke sekitarnya, melalui proses yang dikenal sebagai relaksasi. Molekul bebas menurun pada ambang normal, tenang lebih pantas. Perbedaan antara kadar tenang merupakan asas gambar MRI--sebagai contoh, molekul air dalam darah bebas untuk tenang lebih pantas, dengan itu, tenang pada kadar berbeda berbanding molekul air dalam otot lain.

2.2 Kelebihan MRI (Magnetic Resonance Imaging) dibanding dengan CT Scan

Salah satu kelebihan MRI (Magnetic Resonance Imaging) adalah, menurut pengetahuan pengobatan masa kini, tidak berbahaya kepada orang yang sakit. Berbanding dengan CT scans "computed axial tomography" yang menggunakan aksial tomografi berkomputer yang melibatkan dos radiasi mengion, MRI hanya menggunakan medan magnet kuat dan radiasi tidak mengion "non-ionizing" dalam jalur frekuensi radio. Bagaimanapun, perlu diketahui bahwa orang sakit yang membawa benda asing logam (seperti serpihan peluru) atau implant terbenam (seperti tulang Titanium buatan, atau pacemaker) tidak boleh dipindai di dalam mesin MRI, disebabkan penggunaan medan megnet yang kuat.

Ada beberapa kelebihan MRI dibandingkan dengan pemeriksaan CT Scan yaitu :

1. MRI lebih unggul untuk mendeteksi beberapa kelainan pada jaringan lunak seperti otak, sumsum tulang serta muskuloskeletal.

2. Mampu memberi gambaran detail anatomi dengan lebih jelas.

3. Mampu melakukan pemeriksaan fungsional seperti pemeriksaan difusi, perfusi dan spektroskopi yang tidak dapat dilakukan dengan CT Scan.

4. Mampu membuat gambaran potongan melintang, tegak, dan miring tanpa merubah posisi pasien.

5. MRI tidak menggunakan radiasi pengion

Gambar 2.2 kneed Gambar 3.2 brain

2.3 Resiko dari MRI (Magnetic Resonance Imaging)

MRI (Magnetic Resonance Imaging) adalah teknik radiologi yang tidak menimbulkan sakit, kerusakan jaringan dan sebagainya. Bahkan memiliki keuntungan menghindari x-ray paparan radiasi. There are no known side effects of an MRI scan. Tidak ada efek samping dikenal dari MRI (Magnetic Resonance Imaging). The benefits of an MRI scan relate to its precise accuracy in detecting structural abnormalities of the body. Manfaat dari MRI (Magnetic Resonance Imaging) berhubungan dengan akurasi yang tepat dalam mendeteksi kelainan struktur tubuh.

Pasien yang punya bahan logam dalam tubuh harus memberitahu dokter mereka sebelum pemeriksaan atau beritahukan staf MRI. Metallic chips, materials, surgical clips, or foreign material (artificial joints, metallic bone plates, or prosthetic devices, etc.) can significantly distort the images obtained by the MRI scanner. chip logam, bahan, klip bedah, atau materi asing (sendi buatan, tulang piring logam, atau perangkat buatan, dll) secara signifikan dapat mendistorsi gambar yang diperoleh oleh pemindai MRI. Patients who have heart pacemakers , metal implants, or metal chips or clips in or around the eyeballs cannot be scanned with an MRI because of the risk that the magnet may move the metal in these areas. Pasien yang memiliki alat pacu jantung hati , implan logam, atau chip logam atau klip dalam atau di sekitar bola mata tidak dapat dipindai dengan MRI karena risiko bahwa magnet dapat bergerak logam di daerah-daerah. Similarly, patients with artificial heart valves, metallic ear implants, bullet fragments, and chemotherapy or insulin pumps should not have MRI scanning. Demikian pula, pasien dengan katup jantung buatan, implan telinga metalik, peluru fragmen, dan kemoterapi atau pompa insulin seharusnya tidak MRI scan.

During the MRI scan, patient lies in a closed area inside the magnetic tube. Selama MRI scan, pasien terletak di area tertutup di dalam tabung magnetik. Some patients can experience a claustrophobic sensation during the procedure. Beberapa pasien dapat mengalami sensasi klaustrofobia selama prosedur. Therefore, patients with any history of claustrophobia should relate this to the practitioner who is requesting the test, as well as the radiology staff. Oleh karena itu, pasien dengan sejarah klaustrofobia harus berhubungan ini untuk para praktisi yang meminta tes, serta staf radiologi. A mild sedative can be given prior to the MRI scan to help alleviate this feeling. It is customary that the MRI staff will be nearby during MRI scan. Furthermore, there is usually a means of communication with the staff (such as a buzzer held by the patient) which can be used for contact if the patient cannot tolerate the scan. Sebuah obat penenang ringan dapat diberikan sebelum MRI scan untuk membantu meringankan perasaan ini.. Ini adalah adat yang MRI staf akan dekatnya selama MRI scan Selain itu, biasanya ada sarana komunikasi dengan staf (seperti bel yang diselenggarakan oleh pasien) yang dapat digunakan untuk kontak jika pasien tidak dapat mentolerir scan.

2.4 Penatalaksanaan Pasien dan Tehnik Pemeriksaan

2.4.1 Penatalaksanaan Pasien

Pada pemeriksaan MRI perlu diperhatikan bahwa alat-alat seperti tabung oksigen, alat resusistasi, kursi roda, dll yang bersifat feromagnetik tidak boleh dibawa ke ruang MRI. Tidak ada persiapan khusus untuk pemeriksaan MRI. Hanya saja pasien akan diminta untuk melepaskan beberapa benda-benda logam seperti :

· dompet, kartu kredit, dam kartu-kartu lainnya

· peralatan elektronik seperti telepon genggam

· alat bantu pendengaran (hearing-aid)

· perhiasan atau jam tangan

· bolpen, klip kertas, kunci, dan koin

· ikat rambut ,bulu mata palsu

· baju yang memiliki kancing logam / resleting logam

· sepatu, sabuk, pin, dsb.

Screening dan pemberian informasi kepada pasien dilakukan dengan cara mewawancarai pasien, untuk mengetahui apakah ada sesuatu yang membahayakan pasien bila dilakukan pemeriksaan MRI, misalnya: pasien menggunakan alat pacu jantung, logam dalam tubuh pasien seperti IUD, sendi palsu, neurostimulator, dan klip anurisma serebral, dan lain-lain Transfer pasien menuju ruangan MRI, khususnya pasien yang tidak dapat berjalan (non ambulatory) lebih kompleks dibandingkan peme-riksaan imaging lainnya.

Hal ini karena medan magnet pesawat MRI selalu dalam keadaan “on” sehingga setiap saat dapat terjadi resiko kecelakaan, dimana benda-benda feromagnetik dapat tertarik dan kemungkinan mengenai pasien atau personil lainnya. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut, meja pemeriksaan MRI dibuat mobile, dengan tujuan : pasien dapat dipindahkan ke meja MRI di luar ruang pemeriksaan dan dapat segera dibawa ke luar ruangan MRI bila terjadi hal-hal emergensi. Selain itu meja cadangan pemeriksaan perlu disediakan, agar dapat mempercepat penanganan pasien berikutnya sebelum pemeriksaan pasien sebelumnya selesai. Upaya untuk kenyamanan pasien diberikan, antara lain dengan penggunaan Earplugs bagi pasien untuk mengurangi kebisingan, penggunaan penyangga lutut / tungkai , pemberian selimut bagi pasien, pemberian tutup kepala .

2.4.2 Tehnik Pemeriksaan

Untuk persiapan pelaksanaan pemeriksaan perlu dilakukan beberapa hal berikut;

5 Persiapan console yaitu :

1. Memprogram identitas pasien seperti nama, usia dan lain-lain,

2. Mengatur posisi idur pasien sesuai dengan obyek yang akan diperiksa.

3. Memilih jenis koil yang akan digunakan untuk pemeriksaan, misalnya untuk pemeriksaan kepala digunakan Head coil, untuk pemeriksaan tangan, kaki dan tulang belakang digunakan Surface coil.

4. Memilih parameter yang tepat, misalnya untuk citra anatomi dipilih parameter yang Repetition Time dan Echo Time pendek, sehingga pencitraan jaringan dengan konsentrasi hidrogen tinggi akan berwarna hitam. Untuk citra pathologis dipilih parameter yang Repetition Time dan Echo Time panjang, sehingga misalnya untuk gambaran cairan serebro spinalis dengan konsentrasi hidrogen tinggi akan tampak berwarna putih. Untuk kontras citra antara, dipilih parameter yang time repetition panjang dan time echo pendek sehingga gambaran jaringan dengan konsentrasi hidrogen tinggi akan tampak berwarna abu-abu.

5. Untuk mendapatkan hasil gambar yang optimal,perlu penentuan center magnet (land marking patient) sehingga coil dan bagian tubuh yang diamati harus sedekat mungkin ke center magnet, misalnya pemeriksaan MRI kepala, pusat magnet pada hidung.

Untuk menentukan bagian tubuh dibuat Scan Scout (panduan pengamatan), dengan parameter, ketebalan irisan dan jarak antar irisan serta format gambaran tertentu. Ini merupakan gambaran 3 dimensi dari sejumlah sinar yang telah diserap. Setelah tergambar scan scout pada TV monitor, maka dibuat pengamatan- peng-amatan berikutnya sesuai dengan kebutuhan. Pemeriksaan MRI yang menggunakan kontras media, hanya pada kasus-kasus tertentu saja. Salah satu kontras media untuk pemeriksaan MRI adalah Gadolinium DTPA yang disuntikan intra vena dengan dosis 0,0 ml / kg berat badan.

2.5 Aplikasi Klinik Pemeriksaan M R I (Magnetic Resonance Imaging)

Pemeriksaan MRI bertujuan mengetahui karakteristik morpologik (lokasi, ukuran, bentuk, perluasan dan lain lain dari keadaan patologis. Tujuan tersebut dapat diperoleh dengan menilai salah satu atau kombinasi gambar penampang tubuh akial, sagittal, koronal atau oblik tergantung pada letak organ dan kemungkinan patologinya. Adapun jenis pemeriksaan MRI sesuai dengan organ yang akan dilihat, misalnya :

  1. Pemeriksaan kepala untuk melihat kelainan pada : kelenjar pituitary, lobang telinga dalam , rongga mata , sinus ;
  2. Pemeriksaan otak untuk mendeteksi : stroke / infark, gambaran fungsi otak, pendarahan, infeksi; tumor, kelainan bawaan, kelainan pembuluh darah seperti aneurisma, angioma, proses degenerasi, atrofi;
  3. Pemeriksaan tulang belakang untuk melihat proses Degenerasi (HNP), tumor, infeksi, trauma, kelainan bawaan.
  4. Pemeriksaan Musculoskeletal untuk organ : lutut, bahu, siku, pergelangan tangan, pergelangan kaki, untuk mendeteksi robekan tulang rawan, tendon, ligamen, tumor, infeksi/abses dan lain lain ;
  5. Pemeriksaan Abdomen untuk melihat hati, ginjal, kantong dan saluran empedu, pakreas, limpa, organ ginekologis, prostat, buli-buli,
  6. Pemeriksaan Thorax untuk melihat : paru –paru, jantung.

PUSTAKA

http://www.medicinenet.com/script/

Notosiswoyo, Mulyono dan Suswati, Susy.2004.Pemanfaatan MRI sebagai sarana diagnosa pasien.jakarta:Media litbang kesehatan

http://id.wikipedia.org/wiki/Pencitraan_resonansi_magnetik

http://customercaremedistra.com

KATETERISASI

Kateter

Kateter adalah pipa untuk memasukkan atau mengeluarkan cairan. Kateter terutama terbuat dari bahan karet atau plastik, metal, woven silk dan silikon. Kandung kemih adalah sebuah kantong yang berfungsi untuk menampung air seni yang be rubah-ubah jumlahnya yang dialirkan oleh sepasang ureter dari sepasang ginjal. Kateterisasi kandung kemih adalah dimasukkannya kateter melalui urethra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan air seni atau urine.

1.1.2 Tujuan Kateterisasi

a. Tujuan Diagnostik

Mengambil sample urin untuk kultur urin

Mengukur residu urine

Memasukan bahan kontras untuk pemeriksaan radiology

Urodinamik

Monitor produksi urine atau balance cairan.

Mengetahui perbaikan atau perburukan pada trauma ginjal dari urin yang bertambah merah atau jernih yang keluar dari kateter.

b. Tujuan Terapi

Retensi urine

Self interniten kateterisasi (CIC)

Memasukan obat-obatan ke buli-buli, misalnya pada carcinoma buli-buli

Membilas / irigasi buli-buli setelah operasi batu buli-buli, tumor buli atau prostate

Sebagai splin setelah operasi uretra seperti pada hipospadia

1.2 Macam-macam Kateter

2.2.1 Macam-macam Kateter, dibedakan berdasarkan:

1. Bentuk

a. Straight; lurus tanpa ada cabang

Contoh :

1. Robinson kateter

2. Nelaton kateter

b. Coude Catheter; kateter dengan ujung lengkung dan ramping

Contoh : Kateter Tiemann

c. Self Retaining Kateter; dipakai menetap

Contoh :

1. Molecot Kateter

2. Foleey Kateter

Saat ini yang paling populer dan mudah didapat adalah kateter Foley. Selain mudah ditemui, keunggulan kateter Foley adalah merupakan kateter menetap (indwelling catheter=self retaining), tidak iritatif, tersedia dalam berbagai ukuran dan ada yang cabang tiga (three way catheter). Kateter Foley dapat dipasang menetap karena terdapat balon yang dapat dikembangkan sesudah kateter berada dalam buli-buli melalui pangkal kateter.

2. Ukuran

Ukuran pada kateter uretra menunjuk pada diameter luar, bukan lumennya. Pada bungkus kateter dan pangkal kateter selalu tercetak ukuran diameter kateter dan jumlah cairan yang diizinkan untuk dimasukkan dalam balon kateter. Ukuran diameter luar kateter ditulis dalam satuan Ch = Cheriere atau F/Fr = French (bukan Foley), dimana 1 Ch / 1 F sama dengan 0.33 milimeter; atau dengan kata lain 1 milimeter sama dengan 3 Ch atau 3 F. Pada orang dewasa Indonesia biasanya dipasang kateter no 16 atau 18.

2. Bahan

a. Stainless

b. Lateks (karet)

c. Silikon

d. Dilapisi silikon

3. Sifat pemakaian

- Menetap

- Sementara

4. System retaining (pengunci)

5. Jumlah percabangan

- Cabang Dua

- Cabang Tiga

1.2.2 Prinsip Pemasangan Kateter

Ü Gantle / lembut

Ü Asepsis &antiseptic

Ü Lubrikasi yang adekuat

Ü Gunakan ukuran kateter yang lebih kecil / sesuai

1.2.3 Komplikasi Pemasangan Kateter

a. Bakterial Shock

b. Striktur uretra

c. Ruptur uretra

d. Perforasi buli-buli

e. Pendarahan

f. Balon pecah atau tidak bisa dikempeskan

1.3 Cara melakukan Pemasangan Kateter

Karena pemasangan kateter merupakan tindakan invasif, menimbulkan nyeri dan dapat menimbulkan komplikasi permanen, pemasangannya harus melalui persetujuan tertulis (informed consent). Kateterisasi juga dapat menimbulkan infeksi pada uretra dan buli-buli, karenanya harus dilakukan secara aseptik.

A. Persiapan Alat :

Baki instrumen berisi :

© Sarung tangan steril

© Sarung tangan bersih

© Duk steril

© Duk fenestrated (duk lubang tengah)

© Larutan pembersih antiseptic

© Kapas

© Pinset steril

© Kateter steril sementara atau menetap

© NaCl atau aqua steril

© Spuit

Kom

Pelicin misalnya KY jelly

Wadah specimen jika diperlukan

Lampu senter

Slang drainase steril dan Urine bag (kantong pengumpul urine)

Plester

Gunting plester

Selimut mandi

Perlak pengalas

Bengkok

Baki air hangat dan sabun

Handuk mandi

Waslap

B. Persiapan Klien

Ä Mengucapkan salam terapeutik

Ä Memperkenalkan diri

Ä Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilaksanakan.

Ä Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya

Ä Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak mengancam.

Ä Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi

Ä Privacy klien selama komunikasi dihargai.

Ä Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian serta respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan

Ä Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)

C. Persiapan perawat :

- Pengetahuan dasar tentang anatomi dan fisiologi dan sterilitas mutlak dibutuhkan dalam rangka tindakan preventif memutus rantai penyebaran infeksi nosokomial.

- Cukup ketrampilan dan berpengalaman untuk melakukan tindakan dimaksud.

- Usahakan jangan sampai menyinggung perasaan penderita, melakukan tindakan harus sopan, perlahan-lahan dan berhati-hati.

- Diharapkan penderita telah menerima penjelasan yang cukup tentang prosedur dan tujuan tindakan

D. Prosedur

1. Atur posisi Klien : untuk penderita laki-laki dengan posisi terlentang sedang wanita dengan posisi dorsal recumbent atau posisi Sim

2. Tutup ruangan atau tirai ruangan

3. Aturlah cahaya lampu sehingga didapatkan visualisasi yang baik

4. Cuci tangan

5. Pakaikan selimut mandi

6. Pasang perlak pengalas dan pispot

7. Pakai handscon

8. Melakukan desinfeksi sebagai berikut :

© Pada penderita laki-laki : Penis dipegang dan diarahkan ke atas atau hampir tegak lurus dengan tubuh untuk meluruskan urethra yang panjang dan berkelok agar kateter mudah dimasukkan . desinfeksi dimulai dari meatus termasuk glans penis dan memutar sampai pangkal, diulang sekali lagi dan dilanjutkan dengan alkohol. Pada saat melaksanakan tangan kiri memegang penis sedang tangan kanan memegang pinset dan dipertahankan tetap steril.

© Pada penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora, desinfeksi dimulai dari atas ( clitoris ), meatus lalu kearah bawah menuju rektum. Hal ini diulang 3 kali . deppers terakhir ditinggalkan diantara labia minora dekat clitoris untuk mempertahankan penampakan meatus urethra.

9. Bilas dengan air hangat dan keringkan menggunakan handuk.

10. Angkat pispot dan perlak pengalas

11. Lepas sarung tangan dan cuci tangan

12. Buka sistem drainase. Letakkan kantong drinase di tepi dasar tempat tidur. Naikkan slang drinase ke atas diantara pagar tempat tidur. Bila kateter telah terpasang langsung hubungkan.

13. Posisikan lampu menyinari perineal

14. Buka kantong kateter sesuai petunjuk.

15. Gunakan sarung tangan steril

16. Ambil duk steril biar tidak melipat dan jangan sampai terkena area yang terkontaminasi

17. Biarkan ujung atas duk membentuk penutup pada kedua tangan. Letakkan duk di atas tempat tidur di antara paha klien. Sisipkan tepi duk tepat di bawah bokong klien jangan sampai menyentuh permukaan yang terkontaminasi dengan sarung tangan anda.

18. Ambil duk fenestrated tutupkan di atas perenium klien

19. Lumuri kateter dengan jelly dari ujung merata sampai sepanjang 10 cm untuk penderita laki-laki dan 4 cm untuk penderita wanita. Khusus pada penderita laki-laki gunakan jelly dalam jumlah yang agak banyak agar kateter mudah masuk karena urethra berbelit-belit.

20. Letakkan ujung kateter pada wadah penampung urine

21. Masukkan kateter ke dalam meatus, bersamaan dengan itu penderita diminta untuk menarik nafas dalam.

· Untuk penderita laki-laki : Tangan kiri memegang penis dengan posisi tegak lurus tubuh penderita sambil membuka orificium urethra externa, tangan kanan memegang kateter dan memasukkannya secara pelan-pelan dan hati-hati bersamaan penderita menarik nafas dalam. Kaji kelancaran pemasukan kateter jika ada hambatan berhenti sejenak kemudian dicoba lagi. Jika masih ada tahanan kateterisasi dihentikan. Menaruh neirbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai urine keluar sedalam 5 – 7,5 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm.

· Untuk penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora sedang tangan kanan memasukkan kateter pelan-pelan dengan disertai penderita menarik nafas dalam . kaji kelancaran pemasukan kateter, jik ada hambatan kateterisasi dihentikan. Menaruh nierbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai urine keluar sedalam 18 – 23 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm.

22. Mengambil spesimen urine kalau perlu

23. Mengembangkan balon kateter dengan aquadest steril sesuai volume yang tertera pada label spesifikasi kateter yang dipakai

24. Hubungkan ujung kateter ke slang penampung dari sistem drainase

25. Memfiksasi kateter :

Pada penderita laki-laki kateter difiksasi dengan plester pada abdomen
Pada penderita wanita kateter difiksasi dengan plester pada pangkal paha

26. Menempatkan urobag ditempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari kandung kemih

27. Lepaskan sarung tangan dan bereskan peralatan

28. Bantu klien ke posisi yang nyaman

29. Ajarkan klien tentang cara berbaring di tempat tidur dengan kateter: miring menghadap sistem drainase-kateter dan slang pada tempat tidur tidak terlipat; terlentang dengan kateter plester di atas paha; miring jauh dari sistem-kateter dan slang berada di antara kaki

30. Ingatkan klien jangan menarik kateter

31. Cuci tangan

32. Dokumentasi

· Hari tanggal dan jam pemasangan kateter

· Tipe dan ukuran kateter yang digunakan

· Jumlah, warna, bau urine dan kelainan-kelainan lain yang ditemuk

1.1 Kesimpulan

1. Pemasangan kateter sangat membantu terhadap pasien dengan gangguan eliminasi (urinari).

2. Pemasangan kateter dapat digunakan untuk tujuan diagnostik dan terapi.

3. Pemasangan kateter menetap dan sementara adalah sifat dari pemasangan kateter.


DAFTAR PUSTAKA
http://yayanakhyar.wordpress.com/2008/04/25/kateterisasi-uretra/


http://www.fkunissula.ac.id/index.php


http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/06/prosedur-pemasangan-kateter-kandung.html


Kusyati, Ns. Eni, S.Kep.dkk.2006.Keterampilan dan Prosedur Laboratorium.jakarta:EGC