Selasa, 15 Juni 2010

KATETERISASI

Kateter

Kateter adalah pipa untuk memasukkan atau mengeluarkan cairan. Kateter terutama terbuat dari bahan karet atau plastik, metal, woven silk dan silikon. Kandung kemih adalah sebuah kantong yang berfungsi untuk menampung air seni yang be rubah-ubah jumlahnya yang dialirkan oleh sepasang ureter dari sepasang ginjal. Kateterisasi kandung kemih adalah dimasukkannya kateter melalui urethra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan air seni atau urine.

1.1.2 Tujuan Kateterisasi

a. Tujuan Diagnostik

Mengambil sample urin untuk kultur urin

Mengukur residu urine

Memasukan bahan kontras untuk pemeriksaan radiology

Urodinamik

Monitor produksi urine atau balance cairan.

Mengetahui perbaikan atau perburukan pada trauma ginjal dari urin yang bertambah merah atau jernih yang keluar dari kateter.

b. Tujuan Terapi

Retensi urine

Self interniten kateterisasi (CIC)

Memasukan obat-obatan ke buli-buli, misalnya pada carcinoma buli-buli

Membilas / irigasi buli-buli setelah operasi batu buli-buli, tumor buli atau prostate

Sebagai splin setelah operasi uretra seperti pada hipospadia

1.2 Macam-macam Kateter

2.2.1 Macam-macam Kateter, dibedakan berdasarkan:

1. Bentuk

a. Straight; lurus tanpa ada cabang

Contoh :

1. Robinson kateter

2. Nelaton kateter

b. Coude Catheter; kateter dengan ujung lengkung dan ramping

Contoh : Kateter Tiemann

c. Self Retaining Kateter; dipakai menetap

Contoh :

1. Molecot Kateter

2. Foleey Kateter

Saat ini yang paling populer dan mudah didapat adalah kateter Foley. Selain mudah ditemui, keunggulan kateter Foley adalah merupakan kateter menetap (indwelling catheter=self retaining), tidak iritatif, tersedia dalam berbagai ukuran dan ada yang cabang tiga (three way catheter). Kateter Foley dapat dipasang menetap karena terdapat balon yang dapat dikembangkan sesudah kateter berada dalam buli-buli melalui pangkal kateter.

2. Ukuran

Ukuran pada kateter uretra menunjuk pada diameter luar, bukan lumennya. Pada bungkus kateter dan pangkal kateter selalu tercetak ukuran diameter kateter dan jumlah cairan yang diizinkan untuk dimasukkan dalam balon kateter. Ukuran diameter luar kateter ditulis dalam satuan Ch = Cheriere atau F/Fr = French (bukan Foley), dimana 1 Ch / 1 F sama dengan 0.33 milimeter; atau dengan kata lain 1 milimeter sama dengan 3 Ch atau 3 F. Pada orang dewasa Indonesia biasanya dipasang kateter no 16 atau 18.

2. Bahan

a. Stainless

b. Lateks (karet)

c. Silikon

d. Dilapisi silikon

3. Sifat pemakaian

- Menetap

- Sementara

4. System retaining (pengunci)

5. Jumlah percabangan

- Cabang Dua

- Cabang Tiga

1.2.2 Prinsip Pemasangan Kateter

Ü Gantle / lembut

Ü Asepsis &antiseptic

Ü Lubrikasi yang adekuat

Ü Gunakan ukuran kateter yang lebih kecil / sesuai

1.2.3 Komplikasi Pemasangan Kateter

a. Bakterial Shock

b. Striktur uretra

c. Ruptur uretra

d. Perforasi buli-buli

e. Pendarahan

f. Balon pecah atau tidak bisa dikempeskan

1.3 Cara melakukan Pemasangan Kateter

Karena pemasangan kateter merupakan tindakan invasif, menimbulkan nyeri dan dapat menimbulkan komplikasi permanen, pemasangannya harus melalui persetujuan tertulis (informed consent). Kateterisasi juga dapat menimbulkan infeksi pada uretra dan buli-buli, karenanya harus dilakukan secara aseptik.

A. Persiapan Alat :

Baki instrumen berisi :

© Sarung tangan steril

© Sarung tangan bersih

© Duk steril

© Duk fenestrated (duk lubang tengah)

© Larutan pembersih antiseptic

© Kapas

© Pinset steril

© Kateter steril sementara atau menetap

© NaCl atau aqua steril

© Spuit

Kom

Pelicin misalnya KY jelly

Wadah specimen jika diperlukan

Lampu senter

Slang drainase steril dan Urine bag (kantong pengumpul urine)

Plester

Gunting plester

Selimut mandi

Perlak pengalas

Bengkok

Baki air hangat dan sabun

Handuk mandi

Waslap

B. Persiapan Klien

Ä Mengucapkan salam terapeutik

Ä Memperkenalkan diri

Ä Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilaksanakan.

Ä Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya

Ä Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak mengancam.

Ä Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi

Ä Privacy klien selama komunikasi dihargai.

Ä Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian serta respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan

Ä Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)

C. Persiapan perawat :

- Pengetahuan dasar tentang anatomi dan fisiologi dan sterilitas mutlak dibutuhkan dalam rangka tindakan preventif memutus rantai penyebaran infeksi nosokomial.

- Cukup ketrampilan dan berpengalaman untuk melakukan tindakan dimaksud.

- Usahakan jangan sampai menyinggung perasaan penderita, melakukan tindakan harus sopan, perlahan-lahan dan berhati-hati.

- Diharapkan penderita telah menerima penjelasan yang cukup tentang prosedur dan tujuan tindakan

D. Prosedur

1. Atur posisi Klien : untuk penderita laki-laki dengan posisi terlentang sedang wanita dengan posisi dorsal recumbent atau posisi Sim

2. Tutup ruangan atau tirai ruangan

3. Aturlah cahaya lampu sehingga didapatkan visualisasi yang baik

4. Cuci tangan

5. Pakaikan selimut mandi

6. Pasang perlak pengalas dan pispot

7. Pakai handscon

8. Melakukan desinfeksi sebagai berikut :

© Pada penderita laki-laki : Penis dipegang dan diarahkan ke atas atau hampir tegak lurus dengan tubuh untuk meluruskan urethra yang panjang dan berkelok agar kateter mudah dimasukkan . desinfeksi dimulai dari meatus termasuk glans penis dan memutar sampai pangkal, diulang sekali lagi dan dilanjutkan dengan alkohol. Pada saat melaksanakan tangan kiri memegang penis sedang tangan kanan memegang pinset dan dipertahankan tetap steril.

© Pada penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora, desinfeksi dimulai dari atas ( clitoris ), meatus lalu kearah bawah menuju rektum. Hal ini diulang 3 kali . deppers terakhir ditinggalkan diantara labia minora dekat clitoris untuk mempertahankan penampakan meatus urethra.

9. Bilas dengan air hangat dan keringkan menggunakan handuk.

10. Angkat pispot dan perlak pengalas

11. Lepas sarung tangan dan cuci tangan

12. Buka sistem drainase. Letakkan kantong drinase di tepi dasar tempat tidur. Naikkan slang drinase ke atas diantara pagar tempat tidur. Bila kateter telah terpasang langsung hubungkan.

13. Posisikan lampu menyinari perineal

14. Buka kantong kateter sesuai petunjuk.

15. Gunakan sarung tangan steril

16. Ambil duk steril biar tidak melipat dan jangan sampai terkena area yang terkontaminasi

17. Biarkan ujung atas duk membentuk penutup pada kedua tangan. Letakkan duk di atas tempat tidur di antara paha klien. Sisipkan tepi duk tepat di bawah bokong klien jangan sampai menyentuh permukaan yang terkontaminasi dengan sarung tangan anda.

18. Ambil duk fenestrated tutupkan di atas perenium klien

19. Lumuri kateter dengan jelly dari ujung merata sampai sepanjang 10 cm untuk penderita laki-laki dan 4 cm untuk penderita wanita. Khusus pada penderita laki-laki gunakan jelly dalam jumlah yang agak banyak agar kateter mudah masuk karena urethra berbelit-belit.

20. Letakkan ujung kateter pada wadah penampung urine

21. Masukkan kateter ke dalam meatus, bersamaan dengan itu penderita diminta untuk menarik nafas dalam.

· Untuk penderita laki-laki : Tangan kiri memegang penis dengan posisi tegak lurus tubuh penderita sambil membuka orificium urethra externa, tangan kanan memegang kateter dan memasukkannya secara pelan-pelan dan hati-hati bersamaan penderita menarik nafas dalam. Kaji kelancaran pemasukan kateter jika ada hambatan berhenti sejenak kemudian dicoba lagi. Jika masih ada tahanan kateterisasi dihentikan. Menaruh neirbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai urine keluar sedalam 5 – 7,5 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm.

· Untuk penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora sedang tangan kanan memasukkan kateter pelan-pelan dengan disertai penderita menarik nafas dalam . kaji kelancaran pemasukan kateter, jik ada hambatan kateterisasi dihentikan. Menaruh nierbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai urine keluar sedalam 18 – 23 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm.

22. Mengambil spesimen urine kalau perlu

23. Mengembangkan balon kateter dengan aquadest steril sesuai volume yang tertera pada label spesifikasi kateter yang dipakai

24. Hubungkan ujung kateter ke slang penampung dari sistem drainase

25. Memfiksasi kateter :

Pada penderita laki-laki kateter difiksasi dengan plester pada abdomen
Pada penderita wanita kateter difiksasi dengan plester pada pangkal paha

26. Menempatkan urobag ditempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari kandung kemih

27. Lepaskan sarung tangan dan bereskan peralatan

28. Bantu klien ke posisi yang nyaman

29. Ajarkan klien tentang cara berbaring di tempat tidur dengan kateter: miring menghadap sistem drainase-kateter dan slang pada tempat tidur tidak terlipat; terlentang dengan kateter plester di atas paha; miring jauh dari sistem-kateter dan slang berada di antara kaki

30. Ingatkan klien jangan menarik kateter

31. Cuci tangan

32. Dokumentasi

· Hari tanggal dan jam pemasangan kateter

· Tipe dan ukuran kateter yang digunakan

· Jumlah, warna, bau urine dan kelainan-kelainan lain yang ditemuk

1.1 Kesimpulan

1. Pemasangan kateter sangat membantu terhadap pasien dengan gangguan eliminasi (urinari).

2. Pemasangan kateter dapat digunakan untuk tujuan diagnostik dan terapi.

3. Pemasangan kateter menetap dan sementara adalah sifat dari pemasangan kateter.


DAFTAR PUSTAKA
http://yayanakhyar.wordpress.com/2008/04/25/kateterisasi-uretra/


http://www.fkunissula.ac.id/index.php


http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/06/prosedur-pemasangan-kateter-kandung.html


Kusyati, Ns. Eni, S.Kep.dkk.2006.Keterampilan dan Prosedur Laboratorium.jakarta:EGC


Tidak ada komentar:

Posting Komentar